Title :
Coffe Shop
Author : Cho’on
Lenght : twoshot
Genre : A little bit of comedy,Romance,and fluff
Rating : PG+13
Cast :
- Kim Yunhi (OC)
- Oh Sehun
- Other cast find
by your self
Disclamer : cerita nggak nyambung ama judulnya,
walaupun begitu jangan ada yang ngejaplak ni ff ya? Banyak typo dan kegajean
yang muncul itu semua asli kesalahan author.
_Yunhi POV_
KRINGGGG
Bel
tanda selesai jam belajarpun berbunyi dengan lantangnya seolah mengusir seluruh
siswa untuk cepat pulang. Termasuk aku yang sudah tak tahan mendengar guru les
sekolah kami mengajar, lebih tepatnya berceramah tentang rentetan angka-angka
yang membuatku pusing.
Namaku yunhi, lebih lengkapnya Kim Yunhi. Aku siswi dari
dalah satu sekolah ternama di Seoul, Seoul High School. Aku duduk di kelas 2-1.
Kurasa itu cukup.
“yunhi-ya, aku pulang dulu semoga sukses di ujian kenaikan
besok”
“gomawo, kau juga”
Kulirik
jam tangan pink kesukaanku yang di berikan appa saat ulang tahunku yang ke enam
belas. Sudah jam tiga. Aku harus bergegas. Aku akan melihat, salah lebih
tepatnya mengamatinya dari balik semak di seberang jalan K-Coffe Shop, tempat biasa aku
melihatnya ketika pulang sekolah.
Berawal
dari aku yang biasa membeli cappucino atau sekedar milk shake di coffe shop
langgananku, aku melihatnya datang dengan menenteng pc dan beberapa buku.
Kufikir ia seorang mahasiswa, tapi tidak mungkin mengingat wajahnya yang masih
sangat muda, mungkin sma. Tapi juga tidak mungkin karena ia tak pernah memakai
seragam sma. Tidak mungkin kan ia anak smp? Semakin kuamati, dia setiap hari kesini
jam tiga sore, sama sepertiku.
Dan inilah kebiasaanku.
Di tengah perjalan aku tak lupa membeli permen kapas
kesukaanku untuk sekedar menemaniku selagi aku mengamatinya.
“aboeji, permen kapasnya satu ya?”
“gomawo”
Ah, aku lupa memakai masker, jangan sampai ada teman
sekolahku yang tahu tentang kebiasaanku ini.
Aku berjalan cukup jauh sebelum aku sampai di tempat
dengan banner nama besar di depannya, K-Coffe Shop, pemiliknya adalah orang
yang sudah kuanggap sebagai pamanku. Tapi kali ini aku tidiak mau masuk
mengingat uang sakuku yang semakin menipis dan aku kesini memang hanya untuk
melihatnya.
Kulihat
ia sedang berkutat di depan pcnya sambil sesekali melirik kearah buku
disampingnya. Seperti biasa. Setiap kegiatan yang ia lakukan selalu menarik
menurutku. Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundakku, aku hampir tersentak.
Tuhan, semoga saja bukan teman sekolahku. Tapi sepertinya takdir sedang tidak
baik kepadaku, kudapati dua orang temanku, sebenarnya bukan teman dekat sedang
menatapku dengan tatapan, mengejek?
“ah, hai..eum yunhi ya? Sedang apa kau disini sangat
mencurigakan” tanya grace(begitu teman-temanku memanggilnya)
“eung” aku gelagapan, gawat. Apa yang harus ku katakan.
“tidak ada” aku hanya nyengir kuda dihadapannya.
“ahh, kau sedang menguntit sesorang yah? Iya kan?coba
ceritakan. Kami janji tidak akan memberitahukannya pada siapapun” kata gadis
disamping grace, namanya.. ah jung jae ha,kulihat dari name tagnya. Cih, tak
akan memberitahukan pada siapapun katanya. Terahir kudengar kabar ibu guru
sekolah kami mengundurkan diri karena ketahuan berselingkuh ditempat hiburan.
Dan berita itu, mereka yang menyebarkan. Kalau sampai aku memberitahu mereka
bahwa aku sedang mengikuti seorang namja yang aku bahkan tidak tahu siapa,
biasa-bisa aku akan pulang dan langsung bunuh diri. Oke, mungkin aku berlebihan,
paling aku akan mendengarkan teman-teman satu sekolah mengataiku habis habisan.
Itu bahkan lebih buruk daripada mendengarkan ceramah panjang guru fisika.
Aishh,, eotte?
“heh, apa yang kau pikirkan”
“ani anii, aku hanya ingin membeli secangkir cappucino di
coffe shop itu, kalian mau ikut?” dustaku pada mereka,ya Tuhan kali ini
berpihak lah padaku. Kumohon.
“trimakasih, tapi kami harus pergi, bye yunhi” lalu
mereka melewatiku sambil cekikikan. Ada
yang lucu apa.
Baiklah, mungkin aku memang harus masuk kedalam dan
menyapanya, kemudian berkata ‘hai, namaku kim yunhi, siapa namamu’ tapi ayolah,
itu sangat memalukan.
Kupikirkan lagi cara agar aku bisa mengenalnya tanpa
harus mempermalukan diriku.
Aku bisa menghidangkan kopi jika appa memintaku untuk membuatkannya
kopi. Mungkin aku akan mencoba bekerja part time disana. Ya mungkin saja, aku
harus mencobanya.
Kusebrangi jalan dan langsung masuk kedalamnya, bunyi
lonceng di atas pintu membuat park aboeji menoleh padaku.
”yunhi, lama tak berkunjung. Apa kabarmu?”
“baik aboeji.eung, aboeji. Bolehkah aku bekerja disini,
tidak digaji juga tak apa. Aboeji aboeji..” aku mengeluarkan jurus aegyoku yang
bahkan akan membuatku tertawa di depan cermin. Kumohon pamannn.
“berapa umurmu?”
“16 paman, kenapa”
“tunggulah satu tahun lagi. Aku tak mungkin memperkejakan
gadis dibawah umur sepertimu”
“tapi aboeji,bulan depan aku 17 tahun,ayolah aboeji” aku
memohon padanya layaknya pengemis.
“baiklah, tapi kau juga jangan lupa belajar ne?”
“arraseo kamsahamnida aboeji” aku memberi hormat padanya
seakan dia ini presiden yang harus ku hormati.
“pergilah ke belakang, tanyakan pada haneul apa yang
harus kau kerjakan. Dan mintalah seragam kerja padanya” ia memberikan senyum
hangatnya padaku. Akupun memeluknya tanda berterimakasih.
Di belakang aku melihat dua pegawai park aboeji, haneul
eonni dan sang il oppa. Mereka juga sudah kuanggap sebagai kakak.
“yunhi-ya, tidak biasanya kau datang kebelakang. Apa kau
ingin membuat cappucinomu sendiri?” tanya haneul eonni padaku.
“aniya eonni, aku akan bekerja disini. Mohon bantuannya”
aku membungkuk hormat padanya, lalu memberikan senyum yang menurutku mungkin
terbaik.
Mereka hanya melongo. Ada yang salah?
“berarti setiap hari kau akan disini” tanya sang il oppa
dengan nada bicara yang, eum.. begitulah. Ada yang salah memang jika aku bekerja
disini? Apa itu mengganggu mereka. Kurasa tidak.
Lalu tiba-tiba mereka memelukku erat. Hey ada apa ini.
“kami sangat senang yunhi-ya
-----------\\\\\\///////-----------
“ini seragammu, kau bisa mengantarkan kopi pada pelanggan
bukan?”
“tentu saja”
“oh ya, kau lihat orang dimeja nomor 5? Dia hanya memakai
perlatan makan di lemari ini. Kau jangan sampai membiarkan orang lain atau kau
sendiri memakainya. Dia itu orang yang special” spesial katanya? Kalau di hatiku
dia memang orang yang spesial.
“arraseo eonni”
“kalau begitu antarkan ini padanya” black mocca? Ia suka
jenis kopi yang pahit ini.
Aku langsung pergi ke arahnya untuk mengantarkan
pesanannya.
“jeosong hamnida tuan, ini pesananmu” dia menoleh padaku
setelah aku berucap. Menatapku dengan tatapan dingin. hey, tersenyum sedikit
atau apalah. Setidaknya ucapkan ‘iya terimakasih’. Yunhi, tenang. Kau tidak
boleh emosi didepannya. Ku pasang senyum terbaiku lagi, dan dia masih menatapku
begitu.
“dimana haneul noona” katanya ketus. Ku letakkan black
mocca miliknya di samping buku-buku tebal itu.
“dia sedang sibuk, aku yang menggantikannya”
Kemudian ia berteriak kebelakang memanggil haneul eonni.
Hey, apa aku tak dianggap disini.
“pergilah” apa. Dia mengusirku. Namja ini benar-benar.
“hmm, boleh aku duduk disini” aku mencoba bersabar
padanya.
“apa kau tidak dengar, bukankah aku menyuruhmu pergi dari
sini”
Aishh.. namja ini sangat menyebalkan. Berbeda 180 derajat
dari wajahnya yang sangat tampan dan manis. Baik, aku berlebihan lagi. Tapi ini
sudah keterlaluan.
“kau pikir aku mau duduk di depanmu” nanti dulu, aku
harus sabar. Tidak boleh begini.
Satu menit,
Dua menit,
Tiga menit,
“hey, kau bilang kau tidak sudi duduk didepanku.
enyahlah”
Aku menggerutu tertahan. Tapi aku yakin ia tak dapat
mendengarnya. Aku rasa aku harus sedikit bersikap manis padanya. Mungkin ia tak
akan sedingin tadi padaku.
“eumm, namaku kim yunhi”
“aku tidak tanya” matanya masih tertuju pada layar pcnya.
Tuhan, beri aku kesabaran kumohon.
“begitu, apa yang sedang kau kerjakan. Bolehkah aku
melihatnya”
“tidak” agrhh ini sudah keterlaluan. Aku bukan tipe orang
yang suka di perlakukan seperti ini.
“yunhi-ya, kenapa kau disitu terus”
“hanya istirahat, aku akan kesitu segera” ahirnya aku
punya alasan untuk pergi dari meja ini. Semoga ia tak menyadarinya.
_Sehun POV_
Maafkan aku. Aku bukannya bermaksud dingin, kasar atau
apalah terhadapmu. Aku hanya takut, Aku hanya tak ingin kau
jatuh cinta padaku. Dan aku juga tak mau aku jatuh cinta padamu. Karena aku
tahu kau pasti akan tersakiti olehku.
Waktu terus berjalan, tak terasa sudah tiga bulan aku
seperti ini. Terus bersikap dingin padanya.
“kau sangat suka black mocca” sapanya mengawali
percakapan(lebih tepatnya hanya dia yang berbicara banyak)kami.
“iya” aku hanya menjawabnya singkat. Tak mau memberinya
banyak harapan.
“sepertinya kau tahu banyak tentang buku, apakah kau tahu
dimana tempat menjual buku yang murah tapi lengakap?” sepertinya aku bisa
menjawab pertanyaan yang satu ini.
“setiap sabtu malam, di taman dekat sungai han. Akan ada
bazar buku dan benda-benda lainnya. Disana lumayan murah”
“hey, tak biasanya kau berbicara terlalu banyak. Apa kau
sakit?”
Ya, aku memang sakit. Maka kumohon jangan berharap
padaku.
“apa kau mau menemaniku malam nanti?”
“tidak aku sibuk” sebenarnya aku berbohong kali ini. Tapi
entahlah. Mungkin nanti malam aku harus menjalani sedikit pemeriksaan dengan
dokter han. Orang yang sudah kuanggap sebagai ayahku sendiri setelah ibuku,
orang yang menularkan penyakit ini padaku meninggal.
“yasudah”
_Yunhi POV_
dia tidak datang, padahal aku sudah menunggunya di bazar
buku yang ia sebutkan tadi sore. Ia memang tak berniat kesini, tapi tak
salahkan kalau aku sedikit berharap. Langit mulai mendung. Ah hujan. Aku harus
berlindung.
Di tengah keramaian orang yang sibuk mencari tempat berlindung,
kulihat sosoknya tengah merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya
keatas. Apa yang ia lakukan.
“hey, apa yang kau lakukan disini, kau bisa sakit”
“pergilah” tak berubah, tetap dingin. apa ia tidak tahu
maksudku baik.
Kami diam, terus diam. Aku hanya memerhatikannya yang
terlihat sangat nyaman dan damai dengan apa yang dilakukannya. Padahal aku
sudah mulai menggigil.
“saranghae” kata-kata itu terlontar begitu saja dari
mulutku. aku sungguh tak tak tahan bila harus terus memendam rasa ini.
“apa?” dia menghentikan aktifitasnya dan kemudian
menatapku.
“tadinya aku berharap aku akan menyukai orang yang selalu
manis, dan lembut seperti permen kapas ini. Tapi kini aku berfikir lain.
sekarang aku tahu bahwa cinta tak selalu manis dan lembut seperti permen kapas
ini”
“maksudmu”
“permen kapas yang lembut dan manis ini sekalipun, bisa
luntur hanya dengan terbasahi oleh hujan. Aku tak mau cintaku seperti itu,
dapat hilang seketika hanya karena masalah kecil. Aku ingin cintaku seperti
black mocca yang kau minum setiap hari. Karena walaupun rasanya pahit, sangat
pahit malah. Tapi jika kau merasakannya dengan perasaan, kau akan merasakan
rasa manis yang terselip didalamnya. Sesulit apapun cerita yang dijalani. Pasti
akan ada sedikit kisah manis didalamnya. Sama sepertimu. Walaupun kau selalu
bersikap dingin padaku. Dan sama sekali tidak manis. Tapi aku mencintaimu. Oh
sehun”
Kami diam lagi, tapi kini dia sepertinya menatapku. Aku
sedikit tidak jelas melihatnya karena aku menunduk malu.
“bodoh, berlindunglah” ucapnya setelah sekian detik.
“tidak, aku akan tetap disini bersamamu. Kau suka hujan
kan? Kalau begitu aku juga”
“biar aku ajari cara menikmati hujan”
Dia lalu berdiri dibelakangku, menggenggam kedua tanganku
dan merentangkannya seperti adegan di film faforitku, titanic.
“tengadahkan kepalamu, maka kau akan menikmatinya” aku
menurutinya, ini sangat menyenangkan. Lalu kurasakan genggamannya terlepas. Aku
berbalik, dan kudapati dia sedang tersenyum ke arahku.
“gomawo”
“untuk?”
“mencintaiku”
Deg
Kenapa aku jadi grogi yah.
“sebenarnya aku belum pernah pacaran sebelumnya”
“kau bohong”
“aku tidak bohong, tapi aku rasa kini aku menyukaimu”
Aku ingin berkomentar, tapi lidah ini terasa sangat kelu.
Aku bahkan belum pernah gerogi seperti ini. Aku mendekat, ingin memeluknya.
Tapi untuk sepersekian detik, bibirnya menarik perhatianku. Ku kecup bibinya
lembut, dan pelan. Hanya sebentar.
Kurasa ia terkejut, ini first kiss ku.
“kau baru saja mengambil ciuman pertamaku” aku tersenyum,
ia juga.
To Be Continued
Yaaaa....gak jelas gak jelas gak jelassssss
See you at next part, RCL please
#bow
0 komentar:
Posting Komentar